Minggu, 21 Februari 2016

NEURO PARENTING PRACTITIONER

Tanggal 30 Januari 2016 yang lalu saya mengikuti Neuro Parenting Practitioner yang diselenggarakan oleh AZBI (Amir Zuhdi Brain Institut) dan Rumah Kejora. Ada keraguan juga untuk mengikuti acara ini… Pertama, saya harus meninggalkan si kecil Amirah (2,5 yo) yang selalu satu paket dengan saya kemanapun saya pergi J dan kedua…hhmmm belajar tentang otak selama 7 jam? Terbayang kebosanan yang akan melanda…..

Alhamdulillah…paksu dan kakak kakaknya Amirah bisa jagain Amirah dan apakah pelajaran tentang otak itu membosankan? Bersama dr. Amir Zuhdi yang sangat low profile dan bahasanya yang sederhana membuat waktu terasa cepat berlalu, jika ibu ibu hebat peserta seminar ini tidak ingat suami dan anak mungkin pertemuannya akan dilanjutkan sampai larut malam…  dr.Amir Zuhdi dengan senang hati mendengar curhatan para ibu dari masalah parenting sampai hubungan dengan pasangan dan teman kerja… ditambah dengan tips tips sederhana untuk tetap cantik dengan menjaga kesehatan otak, makanan yang bisa menjaga mood, cara makan supaya tetap langsing,  sedikit bocoran tentang hypnoterapi dan menjaga kualitas hubungan dengan pasangan

Acara dimulai dengan cerita dr. Amir Zuhdi yang oleh putranya diberi gelar Ayah jahat.  Jadi, pola asuh yang diterapkan dr.Amir Zuhdi sebelum mempelajari neuroscience itu cenderung otoriter dan ‘kejam’.  Anak melakukan kesalahan, hukuman fisik akan diberikan.  Gelar ayah jahat diberikan ketika dr. Amir Zuhdi menyadari kesalahannya dan meminta maaf pada anaknya serta meminta evaluasi dari anaknya tentang pola asuh yang beliau terapkan pada anaknya, dan ini terjadi ketika anaknya sudah duduk di bangku kuliah semester 2… so tidak ada kata terlambat untuk minta maaf dan memperbaiki pola asuh pada anak ya.. Butuh waktu sampai 3 bulan untuk mereka berdua ke titik 0 dimana mereka bisa saling memaafkan dan menjadi sahabat…. Hiks terharu denger perjuangannya….

Mengapa kita sebagai orang tua harus belajar tentang otak? Pertama, karena pembentukan karakter anak melibatkan system otak. Kedua, belajar tentang otak akan memberikan dasar yang kuat terhadap pengertian dan pemahaman atas terjadinya sikap dan prilaku seseorang. Ketiga, kita bisa menginspirasi untuk membangun kebiasaan kebiasaan yang baik.  Jadi penting banget yaa belajar tentang otak ini ibu ibu, secara kita adalah pendidik anak yang utama dan pertama….
Kita sering bercita cita memiliki anak hebat. Versi kita pada umumnya, anak hebat itu pintar ngaji, rajin sholat, cerdas kognisinya, sering juara lomba lomba… tapi menurut pakar otak, anak hebat itu jika memiliki kecerdasan emosional, rasional dan motoric.  Dengan bekal ketiganya, Insyaa Allah anak bisa tumbuh menjadi manusia yang sukses dunia akhiratnya…. Aamiin….

Mari berkenalan dengan bagian bagian otak….. Secara umum, topografi otak manusia dibagi menjadi 2 daerah : korteks dan subkorteks. Secara umum korteks berkaitan dengan pikiran pikiran yang sadar, rasional dan logis; sementara daerah subkorteks berkaitan dengan perasaan/emosi, feeling, bawah sadar dan intuisi. Hayooo…kita dominan yang mana ya? Kalau masih sering galau, cemas, panic…. Itu berarti urusan subkorteks….

Terdapat 6 sistem otak yang berhubungan dengan pengasuhan yaitu Amygdala-Hippocampus, PreFrontal Cortex (PFC), Basal Ganglia, Parietal Lobe,Gyrus Cingulatus dan Cerebellum… Dan dari semua itu yang masih nempel dalam ingatan saya adalah Amygdala dan Basal Ganglia J Dan yang akan dibahas sedikit disini adalah Amygdala,PFC, Cingulatus dan Basal Ganglia.  O,ya  ….disampaikan oleh dr. Amir Zuhdi bahwa pengasuhan itu adalah proses stimulasi otak anak yang sesuai dengan perkembangan otaknya, dalam hubungan dengan otak pengasuhan berarti penyambungan sirkuit sinaps yang akan membangun karakter. Kita bahas satu persatu yaa…

Amygdala merupakan bagian dari limbic system yang sangat penting dalaml pengaturan emosi, ketahanan perhatian/mengamati dan belajar.  Amygdala memiliki peran dalam respon menyerang atau lari.  Karena amygdala bisa mengeluarkan emosi tapi tidak bisa mengendalikannya, maka kita harus sering sering mengasah keterampilan mengelola emosi (istilah dr. Amir Zuhdi adalah wisata otak, melihat dan merasakan pengalaman orang lain tanpa ketularan emosinya).  Amygdala yang jarang diasah akan menimbulkan pembajakan pikiran…. Hehe bukan akun aja ya yang dibajak.  Contohnya, kita menelfon sahabat kita dan sahabat kita tidak merespon telfon kita.  Apa yang ada dalam pikiran kita? Jika kita langsung berpikir sahabat kita sedang marah kepada kita tanpa ada data data yang lengkap, artinya pikiran kita sedang dibajak oleh amygdala.  Sementara jika kita berpikir dan mengumpulkan data data apa yang dilakukan sahabat kita saat ini, artinya kita sedang mengunakan cortex kita dan ini yang seharusnya kita lakukan.

Prefrontal Cortex merupakan bagian otak yang berperan sebagai CEO atau konduktor, bertanggung jawab untuk banyak fungsi kognitif yang lebih tinggi atau fungsi eksekutif, ini mencakup kemampuan untuk menentukan baik dan buruk, pengolahan konsekuensi masa depan, bekerja menuju tujuan yang ditetapkan, menekan dorongan yang tidak diinginkan secara social dan memprediksi hasil, termasuk bimbingan, perhatian dan pengolahan stimulant.  PFC ini memiliki indicator kurang baik jika kita malas/kurang semangat, konsentrasi mudah terganggu, miskin ide, sering berpikiran negative, berprilaku tidak teratur, pelupa dan terlalu emosional.  Mungkin teman teman masih ingat dengan pesan yang sering disampaikan oleh bunda Elly Risman tentang bahaya pornografi.  Nah, salah satu bagian otak yang akan mengalami kerusakan akibat paparan pornografi ini adalah PFC, kebayang kan bahayanya jika anak terpapar pornografi…..merusak masa depan banget

Anterior Cingulatus Cortex adalah bagian dari otak cingulatus gyrus yang terlibat dalam : pembentukan sikap luwes, penyesuaian prilaku, mengevaluasi arti penting emosi dan motivasi,mendeteksi kesalahan dan koreksi diri terutama yang berhubungan dengan kredibilitas.  ACC dikatakan baik jika  kita mudah mengalihkan perhatian dan segera kembali bila perhatian tersebut tidak sesuai dengan tujuannya, bersikap luwes, tidak kaku (Nampak dari cara pandangnya), mudah menyesuaikan diri.

Basal Ganglia adalah bagian otak yangmenyimpan rutinitas baik berupa pikiran, perasaan dan prilaku. Pola kehidupan yang dilakukan secara nyaman, rutin dilakukan akan tersimpan rapi di basal ganglia dan sangat mudah diulang kembali. Nah inilah alasannya mengapa jika kita ingin memiliki anak yang soleh, rajin, taat, rapih, santun dan banyak lagi karakter baik, harus dimulai dari diri kita sebagai orang tuanya.  Karena bangsal ganglia akan menyimpan memori kebiasaan orangtua dan menjadikan standar dalam prilakunya.  Misalnya jika orangtua mudah marah jika anak tidak  merapikan mainannya maka anak otomatis menyimpan kedalam memorinya bahwa jika seseorang tidak merapikan mainannya maka ia boleh marah.  So…jadilah teladan yang baik bagi anak anak kita #nasehat buat diri sendiri….

Setelah mengetahui bagian bagian otak  yang berhubungan dengan pengasuhan, dalam kesempatan ini juga dr. Amir Zuhdi menyampaikan ketrampilan keterampilan khusus yang harus dimiliki orang tua seperti Amgdala parenting skills, PFC parenting skills, ACC parenting skills, dan basal ganglia parenting skills.  Pembahasannya cukup panjang, dan sepertinya harus ditulis dalam satu bagian/materi khusus.
Akhirnya, semoga tulisan ini bisa sedikit menjelaskan betapa pentingnya mempelajari otak agar bisa mengopatimalkan pengasuhan kepada anak anak kita.  Aamiin….  Jangan lupa cari tambahan ilmunya ya, bisa via seminar, workshop atau googling.  Salam otak sehat  J




Rabu, 22 Januari 2014

Cara sederhana membuat yogurt di rumah

Saya sudah hampir 15 tahun membuat yogurt sendiri.  Alasannya? hehe tentunya lebih hemat dibandingkan jika harus membeli.  Maklum, keluarga saya semuanya penggemar yogurt.  Kalau setiap hari harus beli....bisa tekor deh :)
Peralatan yang saya gunakan sangat sederhana, hampir semua ibu rumah tangga mempunyai peralatan ini.  Peralatan yang dibutuhkan : kompor, panci stainless steel, pengaduk, termos nasi.  Bahan yang digunakan adalah susu murni atau susu bubuk plain yang diencerkan dengan air, plain yogurt.

 Susu cair siap dipanaskan


Setelah dipanaskan, boleh sampai mendidih 100 decel, suhu susu diturunkan sampai 40 decel. Jangan lupa untuk mengaduk susu saat proses pemanasan, jika tidak diaduk dasar panci akan gosong dan menimbulkan aroma gosong pada susu. Jika tidak ada termometer, bisa kiralogi... kalau dituangkan sedikit ke punggung tangan akan terasa panas 'menggigit'



Setelah suhunya turun 40 decel, pindahkan susu ke dalam termos nasi.  Sebelumnya, sterilkan termos nasi dengan cara menyiramkan air mendidih kedalamnya.  Masukkan plain yogurt (1 sdm plain yogurt untuk 1 liter susu).  Aduk rata... tutup termos dan diamkan kurleb 8 jam



Setelah 8 jam, yogurt sudah menggumpal.  Kadang terlihat ada cairan bening di atasnya.  


Setelah 8 jam.... bisa dilihat susu sudah tidak encer dan menggumpal seperti kembang tahu.  Ini artinya yogurt sudah jadi.  Agar lebih kental (set), sebelum dikonsumsi yogurt disimpan dulu di lemari es selama kurleb 4 jam.  Yogurt ini bisa langsung dikonsumsi, diberi gula, syrup atau diblender dengan buah-buahan... mmmm... yummyyy....:)


Ini yogurt pesanan tetangga...:) ada 5 rasa : strawberry, blueberry, mocca, lychee, grape

Senin, 16 September 2013

Akibat terlalu sering menyalahkan anak

Cerita ini saya dapatkan sewaktu mengikuti pelatihan Amazing Communication bersama Bunda Rani Razak Noe'man.  Ada seorang anak yang kita sebut saja namanya Adi.  Adi ini berumur 5 tahun.  Di keluarganya, Adi ini sudah diberi label trouble maker.  Jadi setiap ada kejadian yang tidak menyenangkan seperti adiknya menangis, piring pecah, barang hilang...selalu Adi yang disalahkan.  Adi sangat kesal dengan perlakuan seluruh keluarganya, terutama pada kakaknya yang sebenarnya sering berulah juga.  Adi merasa tidak dipercaya di rumahnya, dan hal ini mengakibatkan turunnya rasa percaya diri Adi.
Suatu ketika di daerahnya terjadi gempa bumi.  Semua anggota keluarga Adi berlarian ke luar rumah untuk menyelamatkan diri, kecuali Adi.  Adi malah bersembunyi di kamarnya.  Meskipun ketakutan, Adi tidak berani keluar kamar.  Di luar, orang tua Adi, kakak dan adiknya menyadari kalau Adi tidak ikut ke luar untuk menyelamatkan diri.  Setelah gempa reda mereka langsung masuk ke rumah dan memanggil-manggil Adi.  Adi tidak menyahut karena takut dimarahi.  Saat ibu dan ayahnya masuk untuk menemui Adi, dengan nada ketakutan Adi berbicara " Ayah, Ibu.... tadi bukan Adi yang melakukannya."  Ayah dan Ibunya terhenyak, kaget, mereka baru menyadari....ini merupakan akibat dari terlalu seringnya mereka menyalahkan Adi.  Ayah dan ibu Adi langsung memeluk Adi sambil minta maaf, "Adi...maafkan ayah dan ibu karena selalu menyalahkan Adi.  Tadi itu gempa bumi nak, jelas jelas bukan salah Adi.  Ayah dan ibu janji untuk tidak selalu menyalahkan Adi juka terjadi sesuatu."
Ternyata....menyalahkan orang lain tanpa memikirkan perasaan orang tersebut bisa membuat trauma mendalam.  Apalagi jika dilakukan oleh orang tua terhadap anaknya, yang jelas-jelas membutuhkan kasih sayang dan perlindungan.

Minggu, 15 September 2013

Do'a untuk anak

Copas dari seorang sahabat :
Prof. Dr. Quraisy Shihab mempunyai 8 orang saudara kandung yang seluruhnya berhasil dalam bidangnya masing-masing.  Suatu hari ada yang bertanya kepada ibu beliau, apa rahasia dibalik keberhasilannya.  Jawabannya : sebuah do'a yang tidak pernah luput dipanjatkan oleh ibunya, Beliau selalu memanjatkan do'a kepada Allah SWT, yaitu :
  1. Allahummaj'al aulaadana kulluhum shaalihan wa thaa'atan (Ya Allah jadikan anak-anakku orang yang sholeh dan ta'at beribadah)
  2. Wa ummuruhum thowilan (panjangkanlah umurnya)
  3. War zuqhum waasi'an (luaskan/lapangkan rezekinya)
  4. Wa'uquuluhum zakiyyah (cerdaskan akalnya)
  5. Wa quluubuhum nuuran (terangilah kalbunya)
  6. Wa'uluumuhum katsiiran naafi'an (karuniakanlah/berikanlah ilmu yang banyak dan bermanfaat)
  7. Wa jasaaduhum shihhatan wa aafiyatan (sehatkanlah jasmaninya)
  8. Birahmatika yaa arhamar raahimin (dengan rahmat Mu yang pengasih lagi penyayang)

Kamis, 16 Desember 2010

KENALI GAYA BELAJAR ANAK DAN KITA

Hari Sabtu, 24 April 2010 , saya mengikuti seminar dan workshop tentang gaya belajar (wah, ternyata belajar aja ada gayanya ya....) yang merupakan salah satu bagian dari cara belajar. Dari pemaparan Pak Himawan dan Bu Lili dari Focus of Family yang sangat energic dan mempesona, saya mulai bisa mengenal gaya belajar ketiga anak-anak saya (saat mengikuti seminar rasanya langsung tergambar jelas tipe/gaya belajar mereka), Padahal saya sudah berulang kali membaca buku tentang gaya belajar.

Di seminar itu juga dibahas tentang apa sih belajar itu? Secara garis besar, belajar adalah cara menggabungkan dan mengelola sebuah informasi. Belajar itu juga merupakan sebuah proses yang memerlukan waktu dan dalam belajar efektif kita harus memiliki beberapa keterampilan seperti membaca cepat dan keterampilan belajar mandiri. Proses pembelajaran tidak selalu dilakukan di dalam kelas dengan menghadirkan seorang guru, proses pembelajaran dilakukan oleh segala sesuatu di luar siswa(pembelajar) yang menunjang keberhasilan belajarnya. Bu Lili mencontohkan bagaimana seorang pelajar SMP yang sedang memakan goreng tempe di dalam bis mengetahui bahwa tempe itu terbuat dari kedelai. Tidak ada guru di situ, tetapi dia menemukannya lewat kertas pembungkus tempe goreng tersebut.

Kenapa sih kita sebaiknya mengetahui cara belajar kita dan anak-anak atau murid-murid kita? Tak kenal maka tak sayang ya..... maksudnya agar proses pembelajaran lebih efektif. Jadi ngga ada cerita anak merasa terpaksa dalam proses pembelajaran. Cara belajar ditentukan oleh gaya belajar/berpikir, cara berkonsentrasi, cara mengingat dan cara mengerti.

Gaya belajar dapat dibagi dalam 4 golongan : Sekuensial Konkrit (SK), Sekuensial Abstrak (SA), Random Abstrak (RA), dan Random Konkrit (RK). Sekuensial dan Random adalah pembagian berdasarkan cara kita mengatur informasi yang kita terima. Kalau yang sekuensial mengatur informasi secara berurutan, setapak demi setapak menurut suatu aturan tertentu. Sedangkan tipe random membiarkan pikiran kita mengatur dan memanfaatkan informasi dalam bentuk potongan potongan dan tanpa urutan tertentu. Konkrit dan abstrak merupakan pembagian berdasarkan persepsi atau cara kita menerima informasi. Proses penerimaan suatu informasi secara konkrit atau harafiah adalah suatu proses langsung dan bersifat apa adanya (tersurat, terlihat atau terdengar). Sedangkan proses penerimaan secara abstrak melibatkan intuisi, intelek, interprestasi dan imajinasi seseorang (tersirat atau tidak selalu seperti apa yang ditampilkan).
Harus dipahami, dalam gaya belajar ini semuanya hanya kecenderungan atau dominansi. Tidak ada orang yang 100 % SA, SK, RA, RK. Jadi, akan ada tempat untuk gaya berpikir lain dalam hidup kita yang akan muncul sewaktu waktu pada situasi dan masalah tertentu. Yang saya alami sendiri biasanya hal ini dapat terjadi karena faktor lingkungan, termasuk orang orang di sekitar kita. Saya sendiri temasuk orang bertipe dominan RA yang memiliki toleransi waktu sangat tinggi seolah ngga punya target. Tapi untuk urusan pekerjaan saya bisa bekerja seperti halnya orang bertipe dominan SK yang dalam bekerja harus serba teratur dan tepat waktu.

Orang orang bertipe dominan SK adalah orang-orang yang dalam kesehariannya sangat teratur, bekerja sesuai urutan, memiliki starting point dan ending point yang jelas. Efeknya, orang orang ini bisa stress jika tidak ada target, tidak ada arahan yang jelas, tidak ada contoh dan jika bahasa yang digunakan adalah bahasa kiasan. Ciri ciri umum SK : ulet, tradisional, sangat cermat, stabil, dapat diandalkan, konsisten, berpegang pada fakta dan teratur.

Ciri ciri orang bertipe dominan SA : analitis, objektif, berpengetahuan banyak, teliti, rapi, logis, tenang dan hati-hati serta sistematis. Orang-orang seperti ini akan stress jika tidak tersedia waktu yang memadai dalam bekerja, mengulang-ulang tugas yang sama, terlalu banyak rambu dan peraturan. Mereka juga sulit untuk berpikir sentimentil dan mengungkapkan emosi.

Ciri-ciri orang bertipe dominan RA : peka/sensitif, penuh belas kasih, cepat memahami, imajinatif, idealis, sentimentil, spontan dan fleksibel. Tipe dominan RA akan merasa kesulitan jika harus menjelaskan atau membenarkan perasaan, berkompetisi, bekerja sama dengan orang-orang yang tidak bersahabat, memberikan rincian dengan tepat, menerima kritikan dan berfokus pada satu hal pada satu waktu. Orang-orang dominan RA senang sekali jika merasa dilibatkan, bisa menyenangkan orang lain dan merasa diterima oleh orang-orang di sekitarnya.

Ciri-ciri orang bertipe dominan RK : cepat, berdasar kata hati, selalu ingin tahu, realitis, memiliki daya cipta, inovatif, naluriah dan sangat berani. Dalam kesehariannya mereka selalu ingin tahu, sering menentang aturan, harus mengalami dulu sebelum mempercayai sesuatu dan melakukan sesuatu sesuai cara mereka. Mereka bisa merasa kesulitan jika diberi rambu rambu ketat serta berbagai keterbatasan, dihadapkan pada jadwal yang ketat, tidak dihargai sebagai individu, dan tidak mendapatkan pujian.

Semua ciri-ciri tadi bisa digunakan untuk deteksi awal tipe gaya belajar yang dominan. Tapi harus diingat juga bahwa selain gaya belajar, cara kita belajar juga ditentukan oleh cara kita berkonsentrasi, cara mengingat dan cara mengerti. Cara berkonsentrasi ternyata sangat unik, karena dipengaruhi oleh lokasi, situasi dan waktu favorit. Cara mengingat dikategorikan dalam 3 bagian : auditori (pendengaran), Visual (penglihatan) dan Kinestetik (gerakan). Bila anak atau murid kita seorang auditori dominan, biarkanlah dia menghafal sambil berbicara. jika anak atau murid kita seorang visual dominan, lengkapi kebutuhannya untuk mengingat dengan setumpuk kartu kosong dan sejumlah pinsil atau spidol warna warni. Dan jika anak atau murid kita bertipe kinestetik dominan, izinkanlah mereka membakar energinya selama belajar (jadi tidak bisa dipaksakan duduk manis ya....)

Hal terakhir yang berkaitan dengan cara belajar adalah cara kita mengerti suatu masalah yang dibagi dalam dua bagian : secara global dan analitik. Orang yang secara global akan mencoba mengerti segala sesuatu secara menyeluruh sebelum akhirnya membatasi diri pada hal-hal tertentu, sedangkan orang-orang yang analitik akan mencoba mengerti segala sesuatu per bagian-bagian kecil. Contoh dalam membaca peta. Seorang dominan global dalam mencari sebuah kota akan melihat peta tersebut secara keseluruhan, kemudian menentukan daerah yang dicari dan memusatkan perhatian ke daerah yang diingingkan. Sedangkan dominan analitik akan dengan mudah mengenali suatu daerah dalam peta tersebut tanpa mengacu kepada bentuk kota secara keseluruhan.

BAGAIMANA KITA MENGGABUNGKAN SEMUANYA?
Tidak ada seorangpun yang 100% hanya memiliki satu ciri baik gaya berpikir, cara berkonsentrasi, mengingat atau mengerti. Bila kita coba menempatkan diri kita atau orang lain dalam suatu peta, kita akan mendapatkan suatu daerah/wilayah paduan yang kita sebut (contoh) : RK dominan, AKV dan global dominan atau SK dominan, VKA dan analitik dominan dsb. inilah yang disebut CARA MEREKA/KITA BELAJAR!
Tugas kita sebagai guru atau orang tua adalah MENEMUKAN, MENGHARGAI dan MENGOPTIMALKAN cara mereka belajar. Perlu kita sadari juga bahwa tidak ada anak yang pintar atau bodoh, tetapi yang ada adalah anak yang cepat atau lambat.
Semoga bermanfaat.....

Sabtu, 18 April 2009

3 Langkah Menuju Keluarga Yang Harmonis

Mungkin sudah banyak orang yang pernah membaca buku (saya menyebutnya guidence) karya Linda dan Richard Eyre ini. Buku ini termasuk buku lawas yang di Indonesia terbit pada tahun 1994. Sampai sekarang saya masih menyimpan dan berharap suatu saat dapat mempraktekan isi dari buku ini tentunya disesuaikan dengan kondisi keluarga saya.
Ada 3 hal penting yang harus ada dalam setiap keluarga menurut mereka, yaitu Tata hukum Keluarga, Tata Ekonomi Keluarga dan Melakukan Tradisi Keluarga. Alasannya (tentu sangat masuk akal) bahwa semua ini akan mempersiapkan anak-anak yang kelak akan terjun ke dunia nyata, semua ini akan membantu kita tetap sehat secara rohani dan lebih menikmati keluarga kita serta semua ini akan membantu kita membuat anak-anak merasa berharga, cocok dan aman dalam zaman dimana ketiganya semakin sulit ditemukan.
Dalam buku ini juga banyak disajikan kisah nyata yang sering membuat saya he he he...tersindir. Contohnya tentang seorang teman wanita penulis yang rumahnya selalu rapi, anaknya selalu patuh dan mendapatkan nilai A. Akan tetapi, fisik wanita tersebut semakin lemah dan keteganggannya disalurkan pada anak-anak. Ia merasa bertanggung jawab atas segala urusan rumah tangganya. Ia merasa jika semenit saja ia lengah, dunianya akan runtuh berantakan..... wah miriplah sedikit dengan kondisi saya akhir-akhir ini yang sering sesak napas jika 3 pangeran kecil saya sudah berkumpul dan memporakporandakan seisi rumah.
Dari buku ini saya belajar bahwa prilaku atau karakter anak akan sangat dipengaruhi oleh apa yang mereka dapatkan di rumah sewaktu mereka masih kecil. Disiplin, konsistensi, kerjasama, mau berbagi, menghargai waktu dan uang, kebersamaan dalam keluarga dan masih banyak hal lain yang positif dipelajari di rumah.. Memang tidak semudah membalikan telapak tangan, karena di buku ini juga Linda dan Richard membuktikan bahwa memetik hasil dari pengajaran yang mereka berikan butuh waktu dan kesabaran yang tinggi. Yang menarik, mereka tidak mentargetkan prestasi akademis pada anak-anak mereka. Mereka cenderung menekankan pada pembentukan karakter dan life skill anak-anak mereka.
Saya akan mencobanya dan menuliskan penglaman saya dengan 3 langkah ini....

Rabu, 25 Maret 2009

Antara Aritmetika dan Matematika

Kemarin saya mewakili Funmath diundang Mizan untuk menghadiri presentasi mengenai metode Jarimatika. Saya dan Bu Fath sebenarnya sudah sama-sama setuju bahwa metode sempoa dan jarimatika kurang pas untuk diperkenalkan pada anak-anak. Mengapa sampai sekarang masih banyak yang menggunakannya? Kerena unsur bisnis lebih dikedepankan daripada proses pembentukan karakter anak dan pengasahan logika anak.
Pada awalnya, pemberi materi menyampaikan bahwa usia anak TK B sampai kelas 3 SD tidak bisa menerima sesuatu yang abstrak, sehingga dalam penyebutan tangan kanan dan kiri diganti dengan tangan bergelang merah dan tangan bergelang kuning. Setelah itu didemokanlah cara menghitung cepat dengan jari. Berlawanan dengan konsep anak harus konkrit tadi, ketika sampai pada angka 5, dilambangkan dengan membuka jari jempol. Bingung kan? Itu kan jumlahnya satu... Putra Bu Fath, Al (7 th) berkomentar,"Aneh ya bu itu kan jumlahnya satu".
Ketika mendemonstrasikan perkalian dan pembagian, menurut kami bukan kemudahan yang didapatkan, tetapi kebingungan. Ketika Pemateri menanyakan hasil perkalian 6 digit dikalikan 4 digit, Bu Fath berkomentar, "Mengapa tidak menggunakan kalkulator saja?"
Pada sesi tanya jawab, saya mencoba bertanya apa manfaat metode ini pada anak dan pendapat pemateri tentang pernyataan seorang guru besar matematika yang menyatakan bahwa cara menghitung cepat yang instan ini hanya membebani otak anak dan tidak mengasah logika berpikir anak. Pemateri hanya menjawab bahwa metode ini bertujuan untuk menyiapkan mental anak dalam berhitung dan memang tidak melatih logika anak karena logika anak adanya dalam matematika. Jadi menurut beliau, aritmetika bukanlah matematika dan dalam pengajaran metode ini hanya mengajarkan operasional tambah, kurang, bagi dan kali.
Wah, semakin tidak jelas nih, mau dijadikan apa anak-anak kita kelak? Apakah mau menggantikan fungsi kalkulator? Padahal matematika itu kan mengasah logika berpikir anak dan sangat aplikatif dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, jika kita diberi soal 1+2+3+4+....+99, apakah kita akan menghitung dengan metode jarimatika? Akan sangat memakan waktu. Tetapi jika kita berpikir menggunakan logika, kita dapat membuat rumus dari pola tersebut dan dengan mudah mengetahui hasilnya.
Sebenarnya banyak dampak negatif dari metode berhitung cepat seperti sempoa dan jarimatika ini... salah satunya adalah siswa menjadi tidak menghargai guru. Mereka cenderung sombong dan menganggap rendah guru ketika guru menjelaskan proses operasional berhitung. Mereka menganggap diri mereka paling hebat dalam berhitung dan tidak mau mendengarkan apa yang disampaikan gurunya.
Di sisi lain, metode ini sangat laku dikalangan orang tua yang senang dengan sesuatu yang berbau instan. Mereka sangat bangga bisa memamerkan kemampuan anak dalam berhitung cepat tanpa mengetahui dampak negatif dari metode ini. Mereka pikir jika anak bisa berhitung cepat, mereka akan menjadi pintar dalam matematika. Kebanyakan orang tua mulai sadar bahwa metode ini kurang berguna setelah anak-anaknya duduk di kelas 4 SD, dimana dalam pelajaran matematika mulai banyak digunakan logika berpikir. Seperti pengalaman Bu Fath yang beberapa kali didatangi orang tua yang kecewa dengan metode ini. Mereka mengatakan bahwa anak mereka nilai matematikanya tidak baik dan tidak bisa berpikir analitis....
Sebuah pelajaran bagi orang tua dan praktisi pendidikan lainnya. Bijaklah dalam memilih kegiatan bagi anak-anaknya... banyaklah belajar dan membaca....jadilah orang tua dan pendidik yang profesional!!! Masa depan negri ini ada di tangan anak-anak kita!!!