Senin, 09 Februari 2009

Perlukah memberi nilai merah pada raport anak?

Ini adalah sebuah kisah nyata di dunia pendidikan negara kita....
Ada seorang anak bernama Adi, dia duduk di kelas 4 SD yang menganut sistem full day. Pada saat kenaikan kelas, di raport Adi tertera angka 3 yang ditulis dengan tinta merah pada pelajaran matematika.
Apa yang terjadi selanjutnya? Gara-gara angka merah itu Adi jadi minder, jadi pemurung dan yang paling parah adalah tidak ada semangat untuk pergi ke sekolah. Bunda Adi sangat sedih dan bingung melihatnya. Kemudian bunda Adi pergi menemui seorang konsultan pendidikan dan menceritakan pengalaman Adi.
Konsultan tersebut mendatangi sekolah Adi dan meminta sekolah mengevaluasi sistem pendidikan di sekolahnya. Beliau mempertanyakan apakah sekolah mempertimbangakan kondisi psikologis anak jika diberi angka merah?
Kembali ke masalah dasar pendidikan di Indonesia. Sistem pelajaran dan penilaian yang disusun oleh DIKNAS sampai saat ini lebih mengarah kepada unsur kompetensi. Artinya, siswa harus belajar, menghapal agar dapat sekedar lulus ujian. Setelah itu.... tidak tahu lagi kemana mengarahkannya.
Seharusnya kan anak-anak memahami dulu tujuan belajar itu apa, kenapa mereka harus belajar, apa yang akan terjadi jika mereka tidak mau belajar... Yang harus dikedepankan adalah motivasi mereka untuk belajar, bukan memaksakan mereka belajar agar mendapat nilai yang tinggi.
Sungguh kasihan anak yang disekolahkan oleh orang tuanya untuk mendapatkan ilmu, untuk membentuk karakter yang baik, malah akhirnya tidak mendapatkan semuanya.... Cobalah berempati pada anak.... cobalah bayangkan masa depan anak itu..... jika setelah mendapatkan nilai merah dia menjadi tidak mau belajar, minder, putus asa.... Anak-anak seperti itulah yang kelak akan menjadi sampah masyarakat. Merekalah orang-orang yang merasa tidak dihargai dan mereka mencari perhatian dari orang-orang di sekitarnya dengan melakukan hal-hal yang negatif. Merekalah orang-orang yang frustasi karena pernah mendapatkan nilai merah di raportnya.
Wahai ibu dan bapak guru.... bayangkanlah masa depan mereka. Bayangkanlah bahwa meraka adalah anak-anak anda. Masa depan mereka masih panjang. Bantulah mereka meraih impiannya, jangan malah dihancurkan. Sudah menjadi tugas anda sebagai bapak dan ibu guru, membuat mereka yang tidak tahu menjadi tahu, mereka yang belum paham menjadi paham. Belajarlah untuk menjadi guru yang profesional..... Cobalah beberapa cara mengajar yang menyenangkan.... Guru itu profesi mulia..... didiklah siswa siswa anda dengan penuh cinta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar